Kamis, 05 Juni 2014

Segelas Bahagia di Meja Angkringan #1

Malamnya semakin larut tapi belum terlalu. Kalo lihat ke luar dari jendela, bulannya terlihat indah, bulat dan terang. Ada segelintir awan yang bermain di sekitarnya, ada bintang-bintang yang menari sampai saatnya matahari mengganti.
 Aku baru pindah ke kostan ini sekitar dua minggu. Tempatnya nyaman, orang-orangnya ramah, kostannya memang agak masuk gang tapi bukan gang kecil mungkin cukup untuk dua motor. Kegiatanku sehari-hari ya kuliah ya menulis, aku cuma penulis lepas kadang cerpen kadang puisi kadang cerita bersabung  nanti ceritanya aku kirim ke majalah biasanya aku dapat sedikit uang jajan dari mengirim tulisan itu. Tulisannya tidak terpaku pada satu tema sih tapi aku terkadang berfikir untuk apa aku menulis? Atau untuk siapa? Oh iya hari ini dosen pembimbing skripsi tidak hadir padahal tiga hari yang lalu dia yang bilang “Nizar, nanti hari kamis ketemu bapak ya. Kamu serahkan bab 1 dan bab 2 sekaligus biar bapak liat apa saja yang harus di perbaiki” aku sudah menyiapkan dan mengecek berulang-ulang sampai beberapa tulisan yang harusnya di kirim ke majalah jadi terbengkalai eh dosennya gak masuk, itu menyebalkan. Jujur aku lebih suka menulis cerita daripada skripsi. Eh sampai di mana kita? Ah iya, aku suka menulis dan aku masih belum paham untuk apa dan untuk siapa aku menulis. Aku hanya suka , ya hanya hobi tepatnya.

Di dekat kostan mungkin 5 menit jalan kaki, ada angkringan. Kalo jam segini biasanya tidak terlalu ramai, mungkin segelas wedang jahe dan cukup menghilangkan penat, aku mau kesana. Tuh kan sepi. Aku pernah sudah berkenalan dengan ibu pedagang angkringan, tapi beliau gak mau di panggil ibu, beliau lebih suka di panggil mbok atau tepatnya mbok Sumi. Mbok sumi nama panjangnya suminarti, kalo nama orang tuanya tanya sendiri. Suaminya jadi TKI di luar negeri tapi sudah setengah bulan tidak ada kabar. Aku pernah bilang ke mbok sumi supaya menghubungi lewat jejaring media sosial kayak Facebook biar murah tapi mbok sumi malah bengong. si mbok juga punya anak yang masih duduk di bangku sekolah tapi terpisah jauh dengan mbok sumi soalnya anaknya sekolah di  Klaten, Klaten itu masih pulau jawa tapi kalo di ukur, jarak bandung dan klaten itu jauh kalo jalan kaki bisa Pasti bisa berhari-hari. Hari ini seperti biasa aku pesan wedang jahe,  wedang jahe itu minuman sederhana tapi untuk sesaat aku bahagia. Bahagia karena melihat wajah mbok sumi yang bahagia minumannya aku beli, ah maksudnya bahagia karena minuman ini menghangatkan tubuhku dikala dingin, untuk sesaat hatiku yang dingin juga jadi hangat. Mbok sumi cerita kemarin dia mengirim uang untuk anaknya, uangnya nanti untuk beli telepon genggam (handphone)  jadi mbok sumi gampang kalo mau menghubung anakanya. Kata mbok sumi anaknya juara kelas di SMPnya, anaknya juga pernah ikut olimpiade matematika di Jakarta. Mbok sumi bekerja di bandung karena pendapatannya lumayan, anaknya juga sekolah di klaten dan tidak di bawa ke bandung Karena biaya sekolah di sana lebih murah. Setengah tahun sekali mbok sumi pulang ke klaten tidak sering tapi cukup untuk melepas rindu. Betul-betul sebuah perjuangan ya.

“mas, mas nizar ya?”  tiba-tiba seorang pemuda menegurku. sekiranya dia seumuran dengan ku atau mungkin lebuh muda. Jangan tanya bagaimana reaksiku, tentu saja kaget soalnya aku tak kenal

bersambung…..