Selasa, 18 Februari 2014

Mawar untuk Sekar (bagian 1)

Aku gema, mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di daerah khusus Ibu kota Jakarta. Aku ingin sedikit bercerita jika kamu mau baca maka aku senang.
Aku  hidup bersama  adik perempuan dan ibuku, ayahku sudah lebih dahulu mengakhiri tugasnya di dunia ketika adikku lahir ke dunia. Adikku bernama Sekar, dia baru kelas 2 SD. dia merupakan perempuan yang cantik dan riang, berambut panjang dan senang sekali di sisir lalu setelah itu minta ibu buat mengepang rambutnya. Sayangnya badannya lemah dan sering sakit jadi dia tidak sering main di luar rumah kecuali aku yang ajak. Dia itu manja, tapi aku maklum ya namanya juga anak bungsu jadi taka pa buatku.
Aku tinggal di sebuah tempat kost di Jakarta sedangkan adik dan ibu tinggal di rumah peninggalan ayah di desa, desanya di daerah Cipanas-Cianjur, desa yang tepat di kaki gunung dengan pemandangan alam yang memukau, kalau kamu ada waktu kamu boleh main ke rumahku. Di Jakarta aku kerja sebagai guru les. Aku gak mau ngebebanin ibu dengan biaya kuliah yang mahal setidaknya ibu bisa menyisihkan uangnya buat biaya sekolah Sekar sampai nanti aku lulus dan punya pekerjaan tetap biar aku yang membiayai Sekar. Aku selau rindu Sekar, setiap aku pulang dia bakal menyambutku “aa selamat datang” lalu lari dan memelukku,  Aa itu ungkapan buat kakak laki-laki dalam bahasa sunda . sebulan sekali aku pulang kerumah untuk sekedar lepas rindu dengan ibu dan Sekar, juga tentu saja membersihkan makam ayah. Jika aku pergi lagi ke Jakarta Sekar pasti nangis terus bilang “aa kuliah di sini aja temenin Sekar”. Ah Sekar, kamu harus sabar, aa kuliah juga kan buat kamu nanti.
Hari ini hujan rintik mulai turun, aku sedang dalam bis di perjalanan menuju rumah. hari ini aku bawa baju baru buat Sekar, sebenarnya ulang tahunnya masih minggu depan tapi aku kan hanya satu bulan sekali pulang ke cipanas. aku belum bisa beli barang mewah buat sekar ya semoga Sekar senang.

“Assalamualaikum” ku ucapkan salam sambil ku ketuk pintu rumah
“ibu itu aa, ibu itu aa bu, biar Sekar yang buka” aku mendengar suara Sekar berteriak dari dalam
lalu pintu terbuka “aa selamat datang” Sekar langsung meluk dengan erat
“ih aa bau bis”
“lah emang Sekar tau bau bis kayak gimana?”
“tau dong”
“kayak gimana?”
“kayak aa hahaha” Sekar ketawa dengan riang
“hahaha kamu ini ya bandel” aku acak-acak rambut Sekar, nyebelin ini anak bilang aku bau bis
“aa mah rambut Sekar jadi berantakan, baru di sisirin ibu tau”
“biarin wleee, ibu mana?”
“tadi di dapur a” jawab Sekar
“Sekar…. Gema…. Sini makan dulu” tiba-tiba suara nyaring ibu terdengar sepertinya dari ruang makan, aku pun masuk dan ke ruang makan bersama Sekar setelah membuka sepatu tentunya
“assalamualaikum bu” aku menghampiri ibu sambil mengulurkan tangan dan mencium tangannya
“waalaikumsalam, gimana kuliahnya a? lancar kan?”
“Alhamdulillah bu lancar, ya tugas emang numpuk namanya juga kuliah bu”
“kamu kalo gak bisa pulang jangan maksain pulang lah…. Yang penting kuliah kamu cepet selesai”
“gak bisa gitu bu…” tiba-tiba Sekar memotong pembicaraan “aa harus pulang, Sekar kan kangen sama aa” lalu Sekar mendekap tanganku
“iya Sekar aa kan ini pulang buat Sekar” aku elus rambutnya lalu aku kecup keningnya
“tuh bu, aa pasti pulang buat Sekar” dia senyum dengan manis
“kamu kapan ke Jakarta lagi a?” Tanya ibu
“lusa bu kayak biasa”
“yasudah makan  dulu abis itu mandi terus shalat lalu istirahat”
“aa shalatnya berjamaah ama Sekar ya? Sekar jadi imam”
“lah ko imam? Sekar jadi makmum”
“iya maksud Sekar, Sekar jadi makmum”
“ah kamu mah ngaco yaudah abisin makannya”
setelah itu kita makan dengan khusyuk, Sekar terlihat makan dengan lahap, aku jadi senang melihatnya. Setelah selesai  semuanya, aku berdiam diri di kamar sekedar merebahkan badan juga sesekali melihat tugas-tugas kuliah. Wah ternyata tugasnya lumayan sulit, aku sudah berjanji mengerjakan bersama teman-temanku saat nanti kembali ke Jakarta. Oh iya aku punya kado buat Sekar aku hampir lupa, “tuk tuk” aku dengar pintu kamar di ketuk
“aa Sekar boleh masuk?” oh ternyata Sekar
“iya sayang boleh, sini masuk” jawabku
“aa lagi apa?”
“lagi istirahat, ini sambil liat tugas-tugas kuliah”
“aa cape gak? Mau Sekar pijitin?”
“wah boleh tuh,  sini pijitin pundak aa” ujarku sembari menepuk pundak
Sekar pun naik ke atas kasur lalu berdiri di belakangku
“Sekar pukul-pukul aja ya?”
“iya boleh, jangan kenceng-kenceng mukulnya ya”
“iya a, a Sekar mau nanya”
“boleh, nanya apa?” wah tumben Sekar keliatan serius
“aa punya pacar gak?” Tanya Sekar sambil tangan mungilnya masih memukul-mukul pundakku
“emang kamu ngerti pacar itu apaan?”
“itu kayak yang di tivi a”
“hahaha kamu mah kebanyakan nonton tivi”
“aa kangen ayah gak?” aku terdiam sejenak, aku harus jawab apa? Ayah meninggal dua hari setelah Sekar lahir, beliau meninggal karena kecelakaan saat sedang mengerjakan tugasnya mencari nafkah untuk keluarga kecil kami
“aa ko diem?” tiba-tiba Sekar memecah lamunanku
“eh iya, iya aa kangen ayah, kenapa emangnya?
“Sekar Cuma tau ayah dari foto, tapi ayah mirip aa, jadi aa sekarang udah Sekar anggap ayah. Boleh kan a?”
“iya sayang boleh ko” tiba-tiba  dadaku sesak entah mengapa jawaban Sekar begitu menyesakkan “eh iya Sekar, aa punya hadiah buat Sekar”
aku ambil tas ranselku, aku ambil baju yang masih terbungkus plastik, bajunya lengan panjang berwarna ungu dengan dua kancing dan gambar kartun kesukaan Sekar
“asik Sekar dapet baju baru, wah ada gambar dora” Sekar melompat mengambil bajunya, lalu memelukku erat “aa makasih ya Sekar seneng, ini hadiah ulang tahun Sekar ya? Aa baik deh”
“lah aa kan emang baik dari dulu juga”
“dulu mah enggak hahaha”
“coba pake dulu cukup gak” Sekar segera memakai baju barunya tanpa melepas baju yang sedang ia pakai
“pas a pas nih” dia tersenyum riang, kalo aja Sekar tau cuma senyum dia yang bisa menghapus lelah yang ku rasa saat ini
“a tau gak?”
“apa sayang?”
“aku nanti ulang tahun mau dapet kado bunga mawar”
“ko mau mawar?”
“mawar itu bagus a indah, warnanya merah. Tapi Sekar mau mawar yang spesial cuma buat Sekar”
“nanti aa beli di mang asep deh ya”
“ah aa mah itu gak spesial”
“yang spesial yang gimana?”
“yang buat Sekar pokoknya” dia mengerutkan dahi sambil bertolak pinggang
“yasudah nanti aa kasih yang spesial buat bunga”
“bener ya? Aa harus janji”
“iya janji, eh kamu gak belajar?”
“eh iya, aku ada PR a, bantuin ya”
“iya sini bawa PRnya” lalu Sekar lari ke kamarnya, mengambil beberapa buku tulis dan LKS, ternyata PRnya banyak juga.
                Pukul sepuluh PR Sekar telah di selaikan semua, ia pun terlelap di atas tumpukan buku yang berserakan di kasurku. Biarlah malam ini dia tidur bersamaku. Aku rapihkan semua bukunya dan membetulkan posisi tidur sekar. Aku selimuti dia dan aku kecup keningnya. Selamat tidur Sekar, aa sayang kamu

bersambung….


stay in my blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar ^_^