Jumat, 28 Februari 2014

Peri Pohon Cemara #2

Ke Atas Bukit

“Milo, cepat bangun, Nak!” Ibu membangunkan aku yang masih mengantuk.
“Iya, Bu.” Jawabku masih memejamkan mata.
“Lekas mandi. Bawa domba-domba ke sungai.”
Pagi ini rasanya mataku berat sekali untuk terbuka. Mungkin karena tadi malam aku terlalu memikirkan tentang peri-peri itu dan juga ayah.  Tapi aku harus cepat sarapan dan membawa domba-domba ke sungai.
“Hati-hati, Milo. Jangan sampai domba-dombanya terbawa arus ke Hutan Frodo,” ujar nenek.
“Tenang saja, Nek. Aku akan menjaga domba-domba itu dengan sepenuh hati.”
Aku berjalan menggiring domba-domba ke padang rumput.  Di sana ada sungai mengalir mengitari bukit yang terhubung menuju hutan Frodo. Sungai ini tak begitu jauh dari rumah. Banyak   warga desa datang untuk mencuci, memandikan ternak, bahkan ada juga yang memancing di sungai ini. Sungainya tidak terlalu besar tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk desa. Di sungai ini aku suka bermain, memancing sekaligus menggembalakan domba. Sungai ini menyenangkan!
 “Hai, Milo! Ayo kita main! Kalau bersama domba terus nanti kau akan berubah jadi ayah domba.”
Sepertinya aku kenal suara itu. Itu Lupin, temanku. Dia anak tunggal,  sama sepertiku. Ayahnya adalah seorang  pandai besi dan Lupin sering membantu ayahnya sehingga badannya besar dan terlihat kuat. Dia agak nakal tapi dia baik padaku. Rumahnya tidak jauh dari sungai ini. Mudah untuk menemukan rumah Lupin karena rumahnya lebih besar dari rumah penduduk lain.
“Tidak bisa, Lupin. Aku harus mengurus domba-domba ini.”
“Ah, ayolah. Domba-domba itu tidak akan pergi kemana-mana. Percaya padaku!”
“Sudahlah, daripada banyak bicara, lebih baik kau membantuku memandikan domba-domba ini.”
Lupin menghela nafas. “Baiklah, apa boleh buat. Ini lebih baik dari pada aku bermain sendiri”
“Ini, pakai sikat ini.” Aku melempar sikat ke arah Lupin yang langsung ditangkap dengan tangan kanannya.
“Hei, Milo, kau tahu tidak?”
“Apa?”
“Cerita tentang peri di bukit Sliva”
“Ya, aku tahu. Nenek yang cerita padaku.”
“Bagaimana kalau nanti sore kita pergi ke sana? Kita cari peri-peri itu!”
“Jadi kau percaya peri itu ada? Itu hanya mitos, peri itu tidak ada. Lagi pula penduduk desa tidak ada yang berani pergi ke bukit Silva jika tidak beramai-ramai.  Kata ibuku, sebaiknya kita menjauh dari bukit apalagi hutan Frodo.”
“Ah, paling  itu hanya akal-akalan mereka agar kita tidak bermain ke hutan.”
“Terserah kau Lupin, tapi aku tak akan pergi kesana!”
Aku tahu, Lupin pasti ingin pergi ke hutan Frodo. Lebih baik aku tidak mengikuti kemauannya dari pada nanti kena masalah.
                Hari mulai terik, domba-domba telah selesai dimandikan. Lupin sudah pulang terlebih dahulu, dia bilang akan membantu ayahnya.
“Hei! Kembali!” salah satu domba tiba-tiba berlari ke arah bukit. Bagaimana ini? Aku kejar atau aku biarkan? Jika aku biarkan, ibu pasti marah padaku. Apa aku tinggalkan saja domba yang lain? Mereka pasti tidak akan kemana-mana jika ditinggal sebentar. Domba itu menyusahkan saja.
 “Hei, tunggu! Berhenti domba nakal!”
Domba itu tidak mau berhenti. Semakin kukejar semakin domba itu berlari menjauh seperti mengejar sesuatu. Ini berbahaya, dombanya lari ke atas bukit. Domba berhenti tepat di bawah pohon cemara besar. Kata nenek, pohon cemara ini adalah tempat peri Angelo tinggal. Tapi aku tidak percaya.
 “Akhirnya kau berhenti juga domba nakal!” Aku memukul pelan badan domba.
Aku baru sadar sekarang berada di puncak bukit. Dari tempat aku berdiri sekarang, aku bisa melihat hutan Frodo yang sebagian diselimuti oleh kabut. Aku belum pernah sedekat ini dengan hutan Frodo. Hutan itu terlihat menyeramkan.
“Ayo, domba! kita kembali ke sungai sebelum teman-temanmu menghilang. Harusnya kau aku ikat saja agar tidak lari.” Aku menggiring domba itu berjalan menuruni bukit.
 Tunggu, mengapa kepalaku terasa berat? Ah! Rasanya sakit sekali.  Semakin aku memegang kepalaku rasanya semakin pusing.

Hei, domba! jangan lari lagi! Pandanganku tiba-tiba buram, aku tidak dapat melihat dengan jelas keadaan di sekitar. Semua terlihat samar-samar. Siapa itu? Seperti ada seseorang berdiri tepat di hadapanku. Meskipun tidak jelas, aku masih bisa melihat kupu-kupu besar terbang menghampiriku, membuat pandanganku menjadi gelap. Seseorang tolong aku! Nenek, Ibu, Lupin, siapa saja tolong!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar ^_^