Kamis, 20 Februari 2014

Peri Pohon Cemara #1

Devan & Angelo
                Bulan malam ini indah, terlihat jelas  di atas bukit belakang desa.  Ibu membuat pai apel dan nenek membuat minuman dari campuran susu domba, kayu manis, dan madu.  Aku tak tahu namanya tapi ini sangat enak.
“Milo, cepat turun! Habiskan dulu makananmu,” suara Ibu memanggilku.
“Iya, Bu, sebentar.”
Ah, ibu. Kenapa selalu mengganggu kesenanganku? Aku suka berlama-lama di atas atap menatap bulan. Entah bulan purnama, bulan sabit, atau bulan yang hanya setengah, semua terlihat indah. Tapi, aku paling suka bulan sabit, terlihat seperti senyum ayah. Aku tak tahu di mana ayah sekarang tapi nenek bilang ayah pergi ke luar kota mencari obat untuk ibu.
“Milo, kemarilah, bawa susumu. Nenek mau bercerita.”
“Asik! Sebentar, Nek.”
Sambil memegang gelas kecil yang setengah penuh dengan hati-hati, aku duduk di samping nenek di depan api unggun. Nenek punya banyak cerita dongeng yang selalu membuatku tidak bisa beranjak dari tempat duduk sampai ceritanya selesai. Sudah banyak cerita nenek yang kudengar, dari mulai cerita saat dia masih muda, perang melawan naga, cerita bertemu jin di hutan Frodo, hingga cerita waktu Nenek dan Ayah melihat pelangi tiga warna di bukit Silva.
 Bukit Silva adalah nama bukit di belakang desa. Di sana ada hutan kecil yang letaknya agak jauh dari bukit, hutan itu bernama hutan Frodo. Aku tidak percaya semua cerita nenek karena ada beberapa cerita yang menurutku tidak masuk akal. Seperti cerita nenek saat bertemu jin dan perang melawan naga, misalnya. Menurutku  tidak ada naga atau jin di dunia ini. 
“Kamu ingat, Milo? Cerita tentang pelangi di bukit Silva?” Tanya nenek.
“Ya, tentu saja aku ingat, Nek.”
“Nah, di sana ada dua peri bernama Devan dan Angelo.”
“Benarkah?”
Nenek mengangguk pelan, “Ya. Devan adalah peri yang nakal. Dia suka membuat orang-orang tersesat di hutan Frodo. Orang yang tersesat di sana tidak akan bisa menemukan jalan keluar dan rasanya mereka seperti tersesat bertahun-tahun lamanya.  Kalaupun akhirnya mereka bisa menemukan jalan pulang, mereka sudah menjadi tua.”
“Lalu, Nek?”
“Mereka bisa kembali lagi ke usia mereka yang sebenarnya jika mereka meminta bantuan pada Angelo, si peri baik. Sayangnya, karena mereka sudah menjadi tua. Mereka menjadi pikun sehingga tidak bisa meminta bantuan pada Angelo.”
“Lalu bagaimana mereka bisa kembali seperti semula?” Aku mulai tertarik mendengar cerita nenek.
“Hmm, mungkin jika ada keluarga yang mengenal mereka dan membantu bertemu dengan Angelo, orang-orang yang tersesat itu bisa kembali ke usianya semula.”
“Oh, iya. Di mana Angelo dan Devan tinggal, Nek?”
“Devan tinggal di sebuah batu besar yang berada di pinggir sungai. Sedangkan Angelo berada di puncak bukit di atas pohon cemara yang paling besar.”
“Benarkah?” tanyaku agak tidak percaya.
“Tentu saja nenek benar.  Ah, nenek rasa ayahmu  mungkin pergi juga ke hutan Frodo saat akan ke luar kota.”
“Apa jangan-jangan ayah di culik Devan si peri jahat itu?”
“Entahlah, nenek juga tidak tahu. Semoga saja tidak.”
Aku membayangkan seperti apa sosok Devan si peri jahat itu. Apakah peri-peri itu benar ada? 
“Milo! ayo cepat tidur! Besok kamu harus mengambil kayu bakar dan memberi makan domba-domba.” Suara ibu  terdengar jelas memecahkan lamunanku.
Ah ibu, aku kan belum selesai mendengar cerita nenek.
“Iya, bu. Aku tidur sekarang. Nek, besok lanjutkan ceritanya lagi, ya!”
“Iya, nak. Besok nenek akan cerita lagi. Sekarang kamu tidur, ya.” Kata nenek sambil tersenyum.
Aku pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi, membasuh wajah,tangan dan kaki. Setelah itu aku melompat ke kasur, bersiap untuk tidur. Aku menarik selimut, menutupi badanku sampai leher.
Apa cerita nenek itu benar? Apa benar Devan dan Angelo itu ada? Apa Devan benar-benar menculik ayah?
Ah! Aku pusing. Terlalu banyak pertanyaan di kepalaku saat ini. Tapi aku harus mencari tahu kebenaran cerita nenek. Aku penasaran apakah cerita nenek itu benar. Jika benar, rasanya aku ingin pergi ke hutan Frodo mencari ayah.

Sebelum benar-benar memejamkan mata, aku bisa melihat bulan mengintip di balik jendela. Selamat tidur Ayah, selamat tidur Ibu, selamat tidur Nenek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar ^_^